Selamat datang di blogku

haaaiiiiiii,......

Sabtu, 02 Januari 2010

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENDERITA PNEUMONIA

BAB I PNEUMONIA 1. KONSEP MEDIS A. Pengertian Pneumonia adalah suatu peradangan atau inflamasi pada parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agent infeksi. Proses infeksi dapat diklasifikasikan berdasarkan anatomi dan etiologinya: • Berdasarkan anatomi 1. Pneumonia lobaris atau bronchus pneumonia yaitu adanya radang paru yang mengenai satu atau beberapa lobus dengan tanda bercak-bercak infiltrasi dan juga melibatkan bronchus. 2. Pneumonia lobaris yaitu keseluruhan lobus mengalami peradangan paru. 3. Pneumonia virus atau intertisial yaitu radang pada dinding alveoli yang ditandai dengan peradangan intertisial. • Berdasarkan etiologi 1. Pneumonia bakteri 2. Pneumonia virus 3. Pneumonia jamur 4. Pneumonia aspirasi B. Faktor Reposisi Tubuh mempunyai daya tahan yang berguna untuk melindungi bahaya infeksi melalui mekanisme daya tahan tractus respiratorik dari rongga hidung. 1. Susunan anatomi dari rongga hidung 2. Bulu getar pada sebagian besar epitel tractus respiratorius dan sekret. 3. Refleks batuk 4. Refleks epiglottis yang mencegah terjadinya aspirasi 5. Mucus dengan kerja sisila 6. Fagositas, aksi enzimatik dan respons imunohormonal. Bayi dan anak kecil lebih rentan terhadap penyakit ini karena respon imun mereka yang masih belum berkembang dengan baik, pasien pasca bedah, peminum alkohol karena mekanisme pertahanan paru-paru sangat lemah/kurang, C. Etiologi Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti: 1. Bakteri: stapilokokus, streplokokus, aeruginosa, eneterobacter 2. Virus: virus influenza, adenovirus 3. Micoplasma pneumonia 4. Jamur: candida albicans 5. Aspirasi: lambung D. Manifestasi Klinik • Secara khas diawali dengan awitan menggigil, demam yang timbul dengan cepat (39,5 ºC sampai 40,5 ºC). • Nyeri dada yang ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernafas dan batuk. • Takipnea (25 – 45 kali/menit) disertai dengan pernafasan mendengur, pernafasan cuping hidung, • Nadi cepat dan bersambung • Bibir dan kuku sianosis • Sesak nafas E. Pemeriksaan Diagnostik 1. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat juga menyatakan abses) 2. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi semua organisme yang ada. 3. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus. 4. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan. 5. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis 6. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi 7. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing. F. Komplikasi • Efusi pleura • Hipoksemia • Pneumonia kronik • Bronkaltasis • Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna/bagian paru-paru yang diserang tidak mengandung udara dan kolaps). • Komplikasi sistemik (meningitis) G. Penatalaksanaan Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena hal itu perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya: • Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus. • Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus • Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi pneumonia mikroplasma. • Menganjurkan untuk tirah baring sampai infeksi menunjukkan tanda-tanda • Pemberian oksigen jika terjadi hipoksemia. • Bila terjadi gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup. 2. PATOFISIOLOGI BERDASARKAN PENYIMPANGAN KDM Virus Bakteri Jamur Aspirasi Saluran nafas bagian bawah  Bronchiolus  Alveolus  Peningkatan Reaksi radang Stimulasi produksi sekret pada bronchus chemoreseptor  dan alveolus hipothalamus Akumulasi sekret    Fibrosus dan Set point Obstruksi jalan pelebaran bertambah nafas    Atelektasis Respon menggigil Gangguan   ventilasi Rangsangan Gangguan Reaksi  batuk difusi peningkatan panas Bersihan jalan   tubuh nafas tidak Nyeri Gangguan  efektif pleuritik pertukaran Hipertermi  gas  Peningkatan Gangguan  Evaporasi frekuensi nafas rasa nyaman O2 ke jaringan meningkat  nyeri menurun  Perangsangan  Cairan tubuh RAS Resiko infeksi Kelemahan berkurang  (penyebaran)   Susah Intoleransi Defisit volume tidur Distensi aktivitas cairan  abdomen Perubahan pola  Metabolisme tidur Muntah meningkat  Ancaman Kompensasi kehidupan cadangan lemak  digunakan tubuh Ansietas  (orang tua) Nutrisi kurang dari kebutuhan BAB II ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN Data dasar pengkajian pasien: • Aktivitas/istirahat Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas. • Sirkulasi Gejala : riwayat adanya Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat • Makanan/cairan Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia (malnutrisi) • Neurosensori Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza) Tanda : perusakan mental (bingung) • Nyeri/kenyamanan Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia. Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan) • Pernafasan Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea. Tanda : - sputum: merah muda, berkarat - perpusi: pekak datar area yang konsolidasi - premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi - Bunyi nafas menurun - Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku • Keamanan Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan steroid, demam. Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar • Penyuluhan/pembelajaran Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6 – 8 hari Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah • Pemeriksaan diagnostik - Bersihan jalan nafas tidak efektif yang berhubungan dengan banyaknya produksi sputum, nyeri pleuritik (dada). - Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan perusakan fungsi pernafasan - Resiko terhadap kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan demam dan dispnea. - Kurang pengetahuan tentang program pengobatan dan tindakan kesehatan preventif. Prioritas Keperawatan 1. Mempertahankan/memperbaiki fungsi pernafasan 2. Mencegah komplikasi 3. Mendukung proses penyembuhan 4. Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan pengobatan. Tujuan Pemulangan 1. Ventilasi dan oksigenasi adekuat untuk kebutuhan individu 2. Komplikasi dicegah/diminimalkan 3. Proses penyakit/prognosis dan program tetap dipahami 4. Perubahan pola hidup teridentifikasi/dilakukan untuk mencegah kekambuhan B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN DATA ETIOLOGI MASALAH Dispnea Sianosis Takikardia Gelisah Hipoksia Virus Bakteri Jamur Aspirasi Saluran nafas bagian bawah  Bronchiolus  Alveolus  Reaksi radang pada bronchus dan alveolus  Atelektasis  Gangguan difusi Gangguan pertukaran gas Batuk produktif Nafas cepat dan dangkal Dispnea Sianosis Penggunaan otot aksesori Virus Bakteri Jamur Aspirasi Saluran nafas bagian bawah  Bronchiolus  Alveolus  Peningkatan produksi sekret  Akumulasi sekret  Obstruksi jalan nafas  Gangguan ventilasi  Rangsangan batuk  Sumber infeksi Bersihkan jalan nafas tidak efektif Resiko tinggi terhadap infeksi/ Penyebaran Kelelahan Dispnea Takipnea Takikardia Sianosis Virus Bakteri Jamur Aspirasi Saluran nafas bagian bawah  Bronchiolus  Alveolus  Reaksi radang pada bronchus dan alveolus  Fibrosis dan pelebaran  Atelektaksis  Gangguan difusi  Gangguan pertukaran gas  O2 ke jaringan menurun  Kelemahan Intoleransi aktivitas Nyeri dada pleuritik Sakit kepala Gelisah Otot/nyeri sendi Virus Bakteri Jamur Aspirasi Saluran nafas bagian bawah  Bronchiolus  Alveolus  Peningkatan produksi sekret  Akumulasi sekret  Rangsangan batuk  Nyeri pleuritik Gangguan rasa nyaman (nyeri) Kelemahan Sianosis BB kurang dari normal Virus Bakteri Jamur Aspirasi Saluran nafas bagian bawah  Bronchiolus  Alveolus  Stimulasi chemoreseptor hipothalamus  Sel point bertambah  Respon menggigil  Reaksi peningkatan panas tubuh  Metabolisme meningkat  Kompensasi cadangan lemak digunakan tubuh Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Kelemahan BB kurang dari normal Sianosis Virus Bakteri Jamur Aspirasi Saluran nafas bagian bawah  Bronchiolus  Alveolus  Stimulasi (hemoreseptor)  Sel point bertambah  Respon menggigil  Reaksi peningkatan panas tubuh  Hipertermia  Evaporasi  Cairan tubuh berkurang Deficit volume cairan Diagnosa keperawatan yang dapat terjadi: 1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum. 2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas pembawa oksigen darah. 3. Resiko tinggi terhadap infeksi (penyebaran) berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun), penyakit kronis, malnutrisi. 4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. 5. Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk menetap. 6. Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi. 7. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan, penurunan masukan oral. C. RENCANA KEPERAWATAN 1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial, peningkatan produksi sputum ditandai dengan: - Perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan - Bunyi nafas tak normal - Dispnea, sianosis - Batuk efektif atau tidak efektif dengan/tanpa produksi sputum. Jalan nafas efektif dengan kriteria: - Batuk efektif - Nafas normal - Bunyi nafas bersih - Sianosis Intervensi: - Kaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerakan dada Rasional: takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan. - Auskultasi area paru, catat area penurunan 1 kali ada aliran udara dan bunyi nafas Rasional: penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. - Biarkan teknik batuk efektif Rasional: batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami untuk mempertahankan jalan nafas paten. - Penghisapan sesuai indikasi Rasional: merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas suara mekanik pada faktor yang tidak mampu melakukan karena batuk efektif atau penurunan tingkat kesadaran. - Berikan cairan sedikitnya Rasional: cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan sekret - Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat sesuai indikasi: mukolitik, eks. Rasional: alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret, analgetik diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-hati, karena dapat menurunkan upaya batuk/menekan pernafasan. 2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pembawa oksigen darah, gangguan pengiriman oksigen ditandai dengan: - Dispnea, sianosis - Takikardia - Gelisah/perubahan mental - Hipoksia Gangguan gas teratasi dengan: - Sianosis - Nafas normal - Sesak - Hipoksia - Gelisah Intervensi: - Kaji frekuensi/kedalaman dan kemudahan bernafas Rasional: manifestasi distress pernafasan tergantung pada indikasi derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum. - Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya sianosis perifer (kuku) atau sianosis sentral. Rasional: sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi respon tubuh terhadap demam/menggigil namun sianosis pada daun telinga, membran mukosa dan kulit sekitar mulut menunjukkan hipoksemia sistemik. - Kaji status mental. Rasional: gelisah mudah terangsang, bingung dan somnolen dapat menunjukkan hipoksia atau penurunan oksigen serebral. - Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam dan batuk efektif. Rasional: tindakan ini meningkat inspirasi maksimal, meningkat pengeluaran sekret untuk memperbaiki ventilasi tak efektif. - Kolaborasi Berikan terapi oksigen dengan benar misal dengan nasal plong master, master venturi. Rasional: mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg. O2 diberikan dengan metode yang memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pe. 3. Resiko tinggi terhadap infeksi (penyebaran) berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun), penyakit kronis, malnutrisi. Tujuan: Infeksi tidak terjadi dengan kriteria: - waktu perbaikan infeksi/kesembuhan cepat tanpa - penularan penyakit ke orang lain tidak ada Intervensi: - Pantau tanda vital dengan ketat khususnya selama awal terapi Rasional: selama awal periode ini, potensial untuk fatal dapat terjadi. - Tunjukkan teknik mencuci tangan yang baik Rasional: efektif berarti menurun penyebaran/perubahan infeksi. - Batasi pengunjung sesuai indikasi. Rasional: menurunkan penularan terhadap patogen infeksi lain - Potong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktivitas sedang. Tingkatkan masukan nutrisi adekuat. Rasional: memudahkan proses penyembuhan dan meningkatkan tekanan alamiah - Kolaborasi Berikan antimikrobial sesuai indikasi dengan hasil kultur sputum/darah misal penicillin, eritromisin, tetrasiklin, amikalin, sepalosporin, amantadin. Rasional: Obat digunakan untuk membunuh kebanyakan microbial pulmonia. 4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan: - Dispnea - Takikardia - Sianosis Intoleransi aktivitas teratasi dengan: - Nafas normal - Sianosis - Irama jantung Intervensi - Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas Rasional: merupakan kemampuan, kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan interan. - Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi. Rasional: menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat. - Jelaskan perlunya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat. - Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat atau tidur. Rasional: pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi. - Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan Rasional: meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen. 5. Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim varul, batuk menetap ditandai dengan: - Nyeri dada - Sakit kepala - Gelisah Nyeri dapat teratasi dengan: - Nyeri dada (-) - Sakit kepala (-) - Gelisah (-) Intervensi: - Tentukan karakteristik nyeri, misal kejan, konstan ditusuk. Rasional: nyeri dada biasanya ada dalam seberapa derajat pada pneumonia, juga dapat timbul karena pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis. - Pantau tanda vital Rasional: Perubahan FC jantung/TD menu bawa Pc mengalami nyeri, khusus bila alasan lain tanda perubahan tanda vital telah terlihat. - Berikan tindakan nyaman pijatan punggung, perubahan posisi, musik tenang/berbincangan. Rasional: tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek derajat analgesik. - Aturkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk. Rasional: alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkat keefektifan upaya batuk. - Kolaborasi Berikan analgesik dan antitusik sesuai indikasi Rasional: obat dapat digunakan untuk menekan batuk non produktif atau menurunkan mukosa berlebihan meningkat kenyamanan istirahat umum. 6. Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses inflamasi ditandai dengan tujuan: Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat diatasi dengan: - Pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan - Pasien mempertahankan meningkat BB Intervensi - identifikasi faktor yang menimbulkan mual/muntah, misalnya: sputum banyak nyeri. Rasional: pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah - Jadwalkan atau pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum makan Rasional: menurun efek manual yang berhubungan dengan penyakit ini - Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering (roti panggang) makanan yang menarik oleh pasien. Rasional: tindakan ini dapat meningkat masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali. - Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar. Rasional: adanya kondisi kronis keterbatasan ruangan dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap inflamasi/lambatnya respon terhadap terapi. 7. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan, demam, berkeringat banyak, nafas mulut, penurunan masukan oral. Kekurangan volume cairan tidak terjadi dengan kriteria: - Pasien menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan dengan parameter individual yang tepat misalnya membran mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda vital stabil. Intervensi: - Kaji perubahan tanda vital contoh peningkatan suhu demam memanjang, takikardia. Rasional: peningkatan suhu/memanjangnya demam meningkat laju metabolik dan kehilangan cairan untuk evaporasi. - Kaji turgor kulit, kelembapan membran mukosa (bibir, lidah) Rasional: indikator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membran mukosa mulut mungkin kering karena nafas mulut dan O2 tambahan. - Catat laporan mual/muntah Rasional: adanya gejala ini menurunkan masukan oral - Pantau masukan dan keluaran catat warna, karakter urine. Hitung keseimbangan cairan. Ukur berat badan sesuai indikasi. Rasional: memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan keseluruhan penggantian. - Tekankan cairan sedikit 2400 mL/hari atau sesuai kondisi individual Rasional: pemenuhan kebutuhan dasar cairan menurunkan resiko dehidrasi. - Kolaborasi Beri obat indikasi misalnya antipiretik, antimitik. Rasional: berguna menurunkan kehilangan cairan Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan Rasional: pada adanya penurunan masukan banyak kehilangan penggunaan dapat memperbaiki/mencegah kekurangan D. IMPLEMENTASI Dilakukan sesuai dengan rencana tindakan menjelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan pedoman atau prosedur teknik yang telah ditentukan. E. EVALUASI Kriteria keberhasilan: - Berhasil Tuliskan kriteria keberhasilannya dan tindakan dihentikan - Tidak berhasil Tuliskan mana yang belum berhasil dan lanjutkan tindakan. DAFTAR PUSTAKA 1. Doenges, Marilynn, E. dkk. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, 2000. EGC, Jakarta. 2. Bare Brenda G, Smeltzer Suzan C. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 1, EGC, Jakarta. 3. Price Anderson Sylvia, Milson McCarty Covraine, Patofisiologi, buku-2, Edisi 4, EGC, Jakarta. 4. Tim Penyusun. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3. Volume II, 2001, FKUI.

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Tuberkulosis (TBC)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tuberkulosis (TB) diperkirakan sudah ada sejak 700 – 600 tahun SM yakni pada zaman neolitik. Saat populasi manusia mulai banyak di daratan Eropa dan Mediterania. Adapun faktor pendukung timbulnya penyakit tuberkulosis adalah lingkungan dan pekerjaan. Dilihat dari angka kejadian pada survey nasional yang di adalah di 15 propinsi di Indonesia sejak 1979 – 1982 didapatkan Propinsi Bali mempunyai angka prevalensi yang paling rendah (0,08%), sedangkan Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mempunyai angka prevalensi tertinggi (0,74%), sedangakan di Propinsi Sumatera Barat (0,37%) dari tahun 1984 – 1985 dan di Propinsi Aceh pada tahun 1983 – 1984 mencapai 0,65%. Di negara yang sudah maju seperti di Negara Amerika Serikat, angka kesakitan tercatat dalam tahun 1976 sebesar 15,9% dari 100.000 penduduk. Tuberkulosis paru masih merupakan problem kesehatan masyarakat terutama di negara-negara yang sedang berkembang. Angka kematian sejak awal abab 20 mulai berkurang sejak di tetapkannya prinsip pengobatan dengan perbaikan gizi dan tatacara kehidupan penderita. Keadaan penderita bertambah baik sejak ditemukannya obat streptomisin dan bermacam-macam obat anti tuberkulosis pada tahun berikutnya. B. TUJUAN PENULISAN Dalam penulisan makalah ini penulis merumuskan tujuan menjadi dua bagian yaitu tujuan umum dan tujuan khusus yang antara lain : 1. Tujuan Umum Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan nyata tentang pelaksanaan proses asuhan keperawatan pada klien yang mengalami gangguan sistem pernafasan : tuberkulosis terutama pada Ny. T yang di rawat di Ruang Mawar Rumah Sakit Umum Imelda Medan. 2. Tujuan Khusus a. Mampu mengkaji masalah klien dengan melakukan pendekatan yang sistematis untuk mengumpulkan data dan selanjutnya merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan data yang diperoleh b. Mampu merencakan tindakan keperawatan berdasarkan prioritas masalah yang ditemukan c. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan apa yang telah direncanakan dan memberikan alternatif pemecahan masalah kepada klien d. Mampu mengevaluasi hasil yang telah dicapai berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan C. METODA PENULISAN Dalam penulisan laporan kasus ini, penulis menggunakan metoda deskriptif yaitu dengan menggambarkan atau melukiskan pelaksanaan asuhan keperawatan klien dari tahap pengkajian sampai tahap evaluasi dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Adapun teknik yang digunakan dalam pembuatan laporan kasus ini adalah : 1. Study kasus Yaitu dengan mengobservasi secara langsung klien Ny. T dan melaksanakan asuhan keperawatan selama klien dirawat di Rumah Sakit Umum Imelda Medan. 2. Study kepustakaan Yaitu dengan membaca serta mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan masalah gangguan sistem pernafasan : tuberkulosis paru. D. SISTEMATIKA PENULISAN BAB I : PENDAHULUAN, meliputi latar belakang penulisan, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN TEORITIS, meliputi konsep dasar medis dan konsep dasar keperawatan BAB III : TINJAUAN KASUS, meliputi tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. BAB IV : PEMBAHASAN, meliputi tahap pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. BAB V : PENUTUP, meliputi kesimpulan dan saran BAB II TINJAUAN TEORITIS A. KONSEP DASAR MEDIS 1. Defenisi Tuberkulosis yang dulu disingkat dengan TB karena berasal dari kata tuberkulosa adalah suatu penyakit infeksi yang dapat mengenai paru-paru manusia. Seperti juga dengan penyakit lainnya, tuberkulosis saat ini lazim disingkat dengan TB saja yang disebabkan oleh kuman atau basil tuberkulosis yang dalam istilah kedokteran disebut Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis bukanlah penyakit keturunan karena disebabkan oleh kuman yang ditularkan dari seseorang kepada orang lain. (Aditama Yoga, Hal. 1) 2. Etiologi Penyebab TB adalah Mikobakterium tuberkulosis yaitu sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 – 4 µm dan tebal 0,3 – 0,6 µm. Kuman dapat bertahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin. Hal ini terjadi karena kuman bersifat dormant yaitu kuman dapat bangkit kembali dan menjadi TB aktif. Di samping itu kuman ini disebut kuman aerob yaitu kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. (Soeparman, 1990) 3. Patofisiologi a. Tuberkulosis primer Penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuklei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1 – 2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang baik dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini terisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada jalan nafas atau paru-paru. Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar dari cabang trakheo-bronkhial beserta gerakan silia dengan sekretnya. Kuman dapat juga masuk melalui luka pada kulit atau mukosa, tetapi hal ini sangat jarang terjadi. Bila kuman menetap di jaringan paru, ia bertumbuh dan berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Di sini ia dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan paru-paru akan membentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau sarang afek primer. Sarang primer dapat terjadi di bagian mana saja dari jaringan paru. Di sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus, dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus. Kompleks primer ini selanjutnya dapat menjadi : • Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat • Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik, kalsifikasi di hilus atau komplek. • Berkomplikasi dan menyebar secara : o Perkontinuitatum, yakni menyebar ke sekitarnya o Secara bronkhogen pada paru yang bersangkutan maupun paru yang disebelahnya. Dapat juga kuman tertelan bersama sputum dan ludah sehingga menyebar ke usus. o Secara limfogen ke organ tubuh lainnya o Secara hematogen ke organ tubuh lainnya b. Tuberkulosis sekunder Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa (tuberkulosis post primer). Tuberkulosis ini di mulai dari sarang dini yang berlokasi di regio atas paru-paru (bagian apikal posterior lobus superior atau inferior). Invasifnya adalah ke daerah parenkim paru-paru dan tidak ke nodus hilir paru. Sarang dini ini mula-mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil. Dalam 3 – 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel-sel histiosit dan sel datia-langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan bermacam-macam jaringan ikat. Sarang dini dapat menjadi : • Direabsorpsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat • Sarang yang mula-mula meluas, tapi segera menyembuh dengan serbukan jaringan fibrosis • Sarang dini yang meluas dimana granuloma berkembang menghancurkan jaringan sekitarnya dan bagian tengahnya mengalami nekrosis dan menjadi lembek membentuk jaringan keju. Bila jaringan keju dibatukkan keluar akan terjadi kavitasi. Kavitasi dapat : o Meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonia baru. Sarang ini selanjutnya mengikuti perjalanan seperti yang terdahulu. o Memadat dan membungkus diri sehingga menjadi tuberkuloma. Tuberkuloma ini dapat mengapur dan menyembuh atau dapat aktif kembali o Bersih dan menyembuh, disebut open healed cavity. Dapat juga menyembuh dengan membungkus diri dan menjadi kecil, kadang-kadang berakhir sebagai kavitas yang terbungkus, menciut dan berbentuk seperti bintang disebut stellate shaped (Soeparman, 1990) 4. Gejala klinis Keluhan yang dirasakan penderita TB dapat berupa antara lain : a. Demam Menyerupai influenza, namun kadang-kadang panas badan dapat mencapai 40 – 41 oC yang naik turun, kadang hilang dan kemudian timbul kembali, demikian seterusnya. b. Batuk Batuk terjadi karena adanya iritasi brokhus yaitu berfungsi untuk membuang produk-produk radang, sifat batuk di mulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian menjadi produktif (menghasilkan sputum) bahkan dapat berupa haemaptoe (batuk darah) karena pecahnya pembuluh darah. c. Sesak nafas Sesak nafas ini akan ditemukan pada penyakit yang sudah kanjut, dimana infiltrasi sudah setengah bagian paru-paru. d. Malaise e. Anoreksia f. Berat badan menurun g. Keringat di malam hari (Soeparman, 1990) 5. Pemeriksaan penunjang a. Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan darah tepi pada umumnya akan memperlihatkan adanya : • Anemia, terutama bila penyakit berjalan menahun • Leukositosis ringan dengan predominasi limfosit • Laju Endap Darah (LED) meningkat terutama pada fase akut, tetapi pada umumnya nilai-nilai tersebut normal pada tahap penyembuhan b. Pemeriksaan radiologi • Bayangan lesi radiologik yang terletak di lapangan atas paru • Bayangan yang berawan atau berbecak • Adanya kavitas tunggal atau ganda • Adanya kalsifikasi • Kelainan bilateral, terutama bila terdapat di lapangan atas paru • Bayangan yang menetap atau relatif setelah beberapa minggu c. Pemeriksaan bakteriologik (sputum) Ditemukan kuman mikobakterium tuberkulosis dari dahak penderita, memastikan diagnosis TB paru pada pemeriksaan dahak. d. Uji tuberkulin Sangat penting bagi diagnosis tersebut pada anak. Hal positif pada orang dewasa kurang bernilai. 6. Penatalaksanaan Pada prinsipnya penatalaksanaan TB paru adalah sebabai berikut : a. Perlunya diagnosis yang cepat dan tepat b. Pemakaian paduan obat yang tepat c. Adanya penyakit penyerta lainnya seperti AIDS, DM yang mendapat terapi immunosupressi, keganasan, gagal hati, gagal ginjal dan sebagainya, semuanya dapat mempengaruhi dan menghambat TB paru. d. Evaluasi pengobatan lebih ditujukan terhadap konversi sputum, walaupun kemajuan klinis dan radiologis tetap diperhatikan. Adanya efek samping obat dan timbulnya resistennya obat harus selalu diwaspadai e. Pemberian diet TKTP f. Usaha preventif terhadap TB hendaknya ditingkatkan lagi profilaksis, juga terhadap klien lain yang mempunyai resiko tinggi seperti HIV positif yang mendapat immunosupresi dan lain-lain. Terutama pada negara yang berpopulasi tuberkulosis tinggi, jangan di lupakan juga segi pendidikan atau penyuluhan kesehatan pada klien tentang permasalahan dalam penanggulangan TB ini. B. LANDASAN TEORITIS KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Aktifitas/istirahat Gejala : kelelahan umum dan kelemahan ; nafas pendek karena kerja ; kesulitan tidur pada malam hari, menggigil atau berkeringat ; mimpi buruk Tanda : takikardia, dispnea pada kerja ; kelelahan otot, nyeri dan sesak (tahap lanjut) b. Integritas ego Gejala : adanya faktor stress yang lama ; masalah keuangan, rumah ; perasaan tak berdaya/tak ada harapan ; populasi budaya/etnik Tanda : menyangkal (khususnya selama tahap dini ; ansietas, ketakutan, mudah terangsang) c. Makanan/cairan Gejala : kehilangan nafsu makan ; tidak dapat mencerna ; penurunan berat badan Tanda : turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik ; kehilangan otot/hilang lemak subkutan d. Nyeri/kenyamanan Gejala : nyeri dada meningkat karena batuk berulang Tanda : berhati-hati pada area yang sakit ; gelisah e. Pernafasan Gejala : batuk produktif atau tidak produktif ; nafas pendek ; riwayat tuberkulosis pada individu terinfeksi Tanda : peningkatan frekwensi pernafasan (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleura) ; pengembangan penyakit tidak simetris ; perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural atau penebalan pleural), bunyi nafas menurun/tidak ada secara bilateral atau unilateral (effusi pleural/pneumothoraks), bunyi nafas tubuler dan/bisikan pektoral di atas lesi luas, krekels tercatat di atas apeks paru selama inspirasi cepat setelah batuk pendek (krekels postussic), karakteristik sputum : hijau/purulent, mukoid kuning, atau bercak darah, deviasi trakheal (penyebaran bronkhogenik), tidak konsentrasi, mudah terangsang yang nyata, perubahan mental (tahap lanjut) f. Keamanan Gejala : adanya kondisi penekanan immun, contoh : AIDS, kanker Tanda : demam rendah atau sakit panas akut g. Intervesi sosial Gejala : perasaan isolasi/penolakan karena penyakit menular ; perubahan pola biasa dan tanggung jawab/perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran h. Penyuluhan/pembelajaran Gejala : riwayat keluarga TB ; ketidakmampuan umum/status kesehatan buruk ; gagal untuk membaik/kambuh TB ; tidak berpartisipasi dalam terapi i. Rencana pemulangan Memerlukan bantuan dalam terapi obat dan bantuan perawatan diri serta pemeliharaan/perawatan di rumah Prioritas keperawatan : a. Meningkatkan/mempertahankan ventilasi/oksigenasi adekuat b. Mencegah penyebaran infeksi c. Mendukung perilaku/tugas untuk mempertahankan kesehatan d. Meningkatkan strategi koping efektif e. Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan kebutuhan pengobatan Tujuan pemulangan : a. Fungsi pernafasan adekuat untuk memenuhi kebutuhan individu b. Komplikasi dicegah c. Pola hidup/perilaku berubah diadopsi untuk mencegah penyebaran infeksi d. Proses penyakit/prognosis dan program pengobatan dipahami 2. Diagnosa keperawatan dan Intervensi a. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat, penurunan kerja silia/stasis sekret ; kerusakan jaringan/tambahan infeksi ; penurunan pertahanan/penekanan proses inflamasi ; malnutrisi ; kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen Tujuan : infeksi tidak terjadi Kriteria hasil : • Klien mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko penyebaran infeksi • Klien menunjukkan teknik/melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman Rencana tindakan : o Kaji patologi penyakit aktif atau tidak aktif (mengetahui secara dini terapi yang tepat untuk pengobatan klien) o Identifikasi orang lain yang beresiko seperti anggota keluarga, sahabat karib (mencegah penyebaran/penularan infeksi) o Anjurkan klien untuk batuk/bersin dan mengeluarkan pada tisue dan menghindar meludah sembarangan (mencegah penyebaran infeksi) o Awasi suhu tubuh sesuai indikasi (reaksi demam merupakan indikator adanya infeksi lanjut) o Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat (mencegah resiko penyebaran infeksi yang dapat berlanjut sampai 3 bulan) o Kaji pentingnya mengikuti kultur ulang secara periodik terhadap sputum selama pemberian terapi (mengawasi efek dan keefektifan obat serta respon klien terhadap infeksi) o Anjurkan klien meningkatkan makan makanan bergizi/seimbang (makanan yang seimbang meningkatkan kemampuan tubuh dalam berespon terhadap proses infeksi) o Berikan agen infeksi sesuai dengan indikasi (mengobati dan meningkatkan ketahanan tubuh terhadap proses infeksi) b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental/sekret darah ; kelemahan/upaya batuk buruk ; edema trakheal/faringeal ditandai dengan frekwensi pernafasan, irama, kedalaman tidak normal ; kelainan bunyi nafas (ronkhi, mengi, stridor) ; dispnea Tujuan : jalan nafas efektif kembali/jalan nafas adekuat Kriteria hasil : • Jalan nafas klien paten dapat dipertahankan • Klien dapat mengeluarkan sekret tanpa bantuan • Klien menunjukkan perilaku untuk memperbaiki/mempertahankan bersihan jalan nafas • Klien berpartisipasi dalam program pengobatan • Klien dapat mengidentifikasi potensial komplikasi dan melakukan tindakan yang tepat Rencana tindakan : o Kaji fungsi pernafasan meliputi bunyi nafas, kecepatan, irama dan kedalaman serta penggunaan otot aksesori (mengetahui secara dini gangguan bersihan jalan nafas) o Catat kemampuan untuk mengeluarkan sputum dan batuk efektif serta karakter, jumlah dan adanya hemoptisis (untuk menindaklanjuti evaluasi/intervensi lebih lanjut) o Berikan klien posisi semi atau fowler tinggi serta bantu klien untuk batuk dan latihan nafas dalam (membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafasan) o Bersihkan sekret dari mulut dan trakhea, penghisapan sesuai dengan indikasi (mencegah obstruksi atau aspirasi) o Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari, kecuali kontraindikasi (membantu mengencerkan sekret) o Lembabkan udara/oksigen inspirasi (mencegah pengeringan mukosa dan mengencerkan sekret) o Berikan obat-obatan sesuai indikasi (bronkhodilator) c. Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan efektif paru atau atelektasis ; kerusakan membran alveolar-kapiler ; sekret tebal/kental ; edema bronkhial Tujuan : kerusakan atau gangguan pertukaran gas tidak terjadi Kriteria tindakan : • Klien melaporkan dispnea hilang/terkontrol • Klien menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan AGDA dalam rentang normal • Klien terbebas dari gejala distress pernafasan Rencana tindakan : o Kaji gejala dan tanda yang mengarah kepada gangguan/kerusakan pertukaran gas, seperti dispnea, takipnea, kelainan bunyi nafas, dll (mengidentifikasi secara dini gangguan/kerusakan pertukaran gas dan mencegah lebih awal) o Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran (mengidentifikasikan telah terjadi gangguan/kerusakan pertukaran gas) o Anjurkan klien bernafas bibir/dari mulut selama inhalasi (membuat tahanan melawan udara luar dan mencegah kolaps jalan nafas) o Anjurkan klien untuk istirahat dan bantu aktifitas perawatan diri sesuai keperluan (menurunkan konsumsi/kebutuhan oksigen dan menurunkan beratnya gejala) o Awasi/pantau pemeriksaan AGDA (membantu menunjukkan kebutuhan intervensi/perubahan program terapi) o Berikan oksigen tambahan yang sesuai (memperbaiki hipoksemia) d. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelemahan ; anoreksia ; ketidakcukupan sumber keuangan ditandai dengan berat badan di bawah 10 – 20% ideal untuk bentuk tubuh dan berat, melaporkan kurang tertarik pada makanan, gangguan sensasi pengecapan, tonus otot memburuk Tujuan : kebutuhan nutrisi tubuh terpenuhi, perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi Kriteria hasil : • Klien menunjukkan peningkatan berat badan mencapai nilai ideal • Klien menunjukkan perilaku pola hidup untuk mempertahankan berat badan yang ideal Rencana tindakan : o Catat status nutrisi klien saat klien baru masuk ruang rawat (berguna untuk mengidentifikasi derajat/luasnya masalah dan pilihan intervensi yang tepat) o Perhatikan pola diet biasa klien (membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan/kekuatan khusus) o Pantau masukan dan pengeluaran serta timbang berat badan secara periodik (berguna untuk mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan) o Kaji anoreksia, mual dan muntah (mengidentifikasi gangguan pemasukan nutrisi ) o Dorong dan berikan periode istirahat sering (membantu menghemat energi khususnya bila kebutuhan metabolik meningkat saat demam) o Anjurkan makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi karbohidrat dan protein (memaksimalkan masukan nutrisi dan menurunkan iritasi gaster) o Anjurkan orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah, kecuali bila kontraindikasi (membuat lingkungan sosial lebih normal selama makan dan membantu memenuhi kebutuhan personal dan kultural) o Rujuk ke ahli diet untuk menentukan komposisi diet (memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat) e. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan berhubungan dengan keterbatasan kognitif ; tidak akurat/tidak lengkap informasi yang didapatkan ditandai dengan klien sering bertanya, menunjukkan kesalahan konsep tentang status kesehatan, kurang akurat dalam mengikuti instruksi, menunjukkan perasaan terancam Tujuan : klien dapat memahami dan menerima keadaan penyakitnya Kriteria hasil : • Klien menyatakan pemahaman tentang proses penyakit • Klien dapat mengidentifikasi gejala yang memerlukan evaluasi/intervensi • Klien bersama perawat merencanakan tindakan yang tepat dalam perawatan, terutama perawatan di rumah Rencana tindakan : o Kaji kemampuan klien untuk belajar (belajar bergantung pada emosi dan kesiapan fisik) o Identifikasi gejala yang harus dilaporkan kepada perawat (menunjukkan perhatian klien terhadap penyakit yang dialaminya) o Tekankan pentingnya diet TKTP dan pemasukan cairan adekuat (membantu meminimalkan kelemahan dan meningkatkan penyembuhan) o Jelaskan kepada klien atau keluarga dosis obat, frekwensi pemberian, kerja yang diharapkan dan alasan pengobatan lama (meningkatkan kerjasama dalam program pengobatan dan mencegah penghentian obat sesuai dengan perbaikan kondisi klien) o Anjurkan klien untuk tidak merokok (merokok dapat meningkatkan disfungsi pernafasan atau bronkhitis) o Kaji bagaimana TB ditularkan dan bahaya reaktivasi (komplikasi sehubungan dengan reaktivasi akan lebih memperberat keadaan penyakit klien) BAB III TINJAUAN KASUS A. PENGKAJIAN 1. Identitas klien N a m a : Ny. T Jenis kelamin : perempuan U m u r : 70 tahun Status perkawinan : sudah kawin A g a m a : kristen Pendidikan : SMP Pekerjaan : Ibu rumah tangga A l a m a t : Jl. Krakatau Medan Tanggal masuk : 22 Oktober 2001 No. register : 00 89 80 Ruangan/kamar : Mawar Golongan darah : A 2. Penanggung jawab/keluarga terdekat N a m a : Tn. P Pekerjaan : PT. Jasa Marga A l a m a t : Jl. Krakatau Medan Hubungan dengan klien : anak kandung klien 3. Keluhan utama/yang paling sering : batuk-batuk 4. Riwayat kesehatan sekarang Provocative/palliative : a. Apa penyebab : peningkatan produksi sekret pada saluran nafas b. Hal yang memperbaiki keadaan : posisi tidur ½ duduk dan membuang dahak Quantity/quality : a. Bagaimana dirasakan : klien merasa nyeri pada dada saat batuk dan dada terasa tidak nyaman b. Bagaimana terlihat : klien memegang dadanya apabila batuk Region : a. Dimana lokasinya : daerah dada b. Apakah menyebar : tidak menyebar Apakah mengganggu aktifitas : ya mengganggu aktifitas terutama bila banyak bergerak Kapan mulai timbul : kira-kira setahun yang lalu Bagaimana terjadinya : bertahap 5. Riwayat kesehatan masa lalu Sakit yang pernah dialami : TB paru 1 tahun yang lalu Tindakan yang dilakukan : dibawa berobat ke RS Pernah dirawat : ya, selama 5 hari di RS Allergi : tidak allergi terhadap makanan/minuman atau suasana tertentu Immunisasi : tidak pernah di immunisasi 6. Riwayat kesehatan keluarga Orangtua : tidak ada yang menderita penyakit kronis seperti klien Saudara kandung : tidak ada yang menderita penyakit kronis Penyakit keturunan yang ada : tidak ditemukan Keluarga yang meninggal : suami Penyebab meninggal : faktor usia lanjut Genogram : Keterangan : = perempuan = laki-laki = klien Ny. T = tinggal serumah 7. Riwayat/keadaan psikososial Bahasa yang dipergunakan : Bahasa Indonesia Persepsi klien ttg penyakitnya : klien yakin penyakitnya akan sembuh Konsep diri : klien merasa masih dibutuhkan dalam keluarga Keadaan emosi : klien dapat berkomunikasi secara kooperatif Perhatian terhadap orang lain : baik, klien mau berkomunikasi dengan teman satu kamarnya Hubungan dengan keluarga : baik, keluarga menjaga dan menbantu kebutuhan klien selama dirawat Hubungan dengan orang lain : baik, klien sering dikunjungi oleh teman dan tetangganya Kegemaran : membaca Daya sesuai (adaptasi) : klien mampu beradaptasi dengan lingkungan RS, perawat dan dokter yang menangani Mekanisme pertahanan diri : percaya dan berserah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa 8. Pemeriksaan fisik Tanda vital : dilaksanakan tanggal 22 Oktober 2001 jam 13.00 wib Tekanan darah : 130/90 mmHg Denyut jantung/nadi : 84 x/mnt Pernafasan : 28 x/mnt tidak teratur Suhu tubuh : 37 oC Keadaan umum : lemah Penampilan : lesu Kesadaran : kompos mentis Tinggi badan : 155 cm Berat badan : 44 kg Kepala : Bentuknya : oval Rambut : tidak mudah rontok Bentuk rambut : lurus dan panjang Warna : hitam bercampur uban putih Kulit kepala : bersih, tidak ada lesi atau kelainan lainnya Penglihatan/mata : Ketajaman : tidak mampu membaca dalam jarak 25 – 30 cm tanpa menggunakan kacamata / kemampuan akomodasi menurun Sklera : tidak ikterus Pupil : isokhor kiri dan kanan, refleks pupil terhadap cahaya (+) Conjungtiva : tidak ditemukan tanda-tanda anemis seperti pucat atau peradangan Penciuman/hidung : Polip : tidak ada Perdarahan : tidak ditemukan perdarahan Peradangan : tidak ditemukan peradangan Fungsi penciuman : baik, dapat membedakan aroma, seperti aroma buah apel dengan jeruk Pendengaran/telinga : Serumen : ada sedikit dan tidak mengganggu pendengaran Cairan : tidak ditemukan Tanda peradangan : tidak ditemukan Alat bantu : tidak memakai alat bantu dengar Fungsi pendengaran : baik, masih dapat mendengarkan suara gesekan rambutnya sendiri Mulut : Rongga mulut : bersih Bau : tidak berbau Perdarahan : tidak ditemukan perdarahan Peradangan : tidak ditemukan peradangan Gigi : tidak lengkap Lidah : bersih Tonsil : tidak membesar dan tidak meradang Fungsi pengecapan : masih baik, klien dapat membedakan rasa manis, pahit, asam dan asin Leher : Kelenjar tiroid : tidak ditemukan pembesaran TVJ : tidak ditemukan peningkatan Thorak : Bentuk : asimetris Pernafasan : vesikuler Frekwensi : 28 x/mnt tidak teratur Bunyi nafas : ronkhi basah Batuk : ada dan sering Sputum : ada, kental dan berwarna kehijauan Jantung : Nyeri dada : dirasakan klien bila batuk Denyut jantung : 84 x/mnt tidak teratur Bunyi jantung : tidak ditemukan kelainan Abdomen : Turgor kulit : supel, dapat kembali cepat Hepar : tidak teraba dan tidak ditemukan nyeri tekan Lien : tidak teraba dan tidak ditemukan nyeri tekan Massa or cair : tidak ditemukan Ginjal : tidak teraba dan tidak ditemukan nyeri ketok Reproduksi : Siklus menstruasi : klien sudah menopause Organ seksual : tidak ada kelainan Perdarahan : tidak ditemukan Kebersihan : cukup bersih Infeksi : tidak ditemukan tanda-tanda infeksi Ekstremitas : Atas : agak terganggu karena terpasang iv line kateter pada tangan sebelah kanan Bawah : dapat digerakkan dengan bebas Integumen : Turgor : kurang, tidak dapat kembali dengan cepat Tekstur : kurang supel atau elastis karena faktor ketuaan Lain-lain : tidak ditemukan kelainan kulit Pola nutrisi : Sebelum masuk RS : makan 3 x sehari, makanan yang disukai ikan mas, makanan pantangan sejenis gorengan Setelah masuk RS : makan 3 x sehari sesuai dengan jadwal diet RS, dengan jenis diet MB TKTP, selera makan klien menurun Pola minum : Sebelum masuk RS : 8 gelas perhari (2000 cc) dengan minuman kesukaan kopi Setelah masuk RS : minum 8 gelas perhari (2000 cc) ditambah minuman ektra dari RS Pola elimimasi : Eliminasi Bab : Sebelum masuk RS : frekwensi 1 kali sehari, konsistensi lembek, berwarna kuning dan tidak ditemukan kelainan Setelah masuk RS : frekwensi 2 kali sehari, konsistensi lembek, berwarna kuning dan tidak ditemukan kelainan Eliminasi Bak : Sebelum masuk RS : lancar dengan frekwensi 4 kali sehari (1500 – 1750 cc), berwarna kuning jernih dan tidak ditemukan kelainan Setelah masuk RS : lancar dengan frekwensi 5 kali sehari (1500 – 2000 cc), berwarna seperti teh dan tidak ditemukan kelainan Pola istirahat : Sebelum masuk RS : kebiasaan tidur siang 1 jam saja dalam sehari, kebiasaan tidur malam 6 jam dan tidak mengalami kesukaran dalam tidur Setelah masuk RS : kebiasaan tidur siang 2 jam dan tidur malam 7 jam, sering sukar tidur karena batuk yang dialami klien dan suasana rumah sakit yang tidak tenang. Diatasi klien dengan menonton tv sebelum tidur Pola aktifitas : klien hanya berada di rumah sepanjang hari dan mengerjakan pekerjaan yang ringan-ringan saja Kebersihan perorangan : Sebelum masuk RS : mandi 2 kali sehari, gosok gigi tiap kali mandi dan mencuci rambut 2 kali seminggu Setelah masuk RS : mandi 1 kali sehari, gosok gigi 1 kali sehari, cuci rambut belum pernah Hambatan : terpasangnya iv line cateter pada lengan kanan klien 9. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan lab : Hb 9 gr%, LED 75 mm/jam, leukosit 11.000 mm3 Pemeriksaan sputum : BTA (+) Foto thoraks : kesan tuberkulosis paru Analisa Data No Data Kemungkinan penyebab Masalah 1 Data subjektif : Klien mengatakan sekret sukar dikeluarkan apabila batuk, tenggorokan terasa gatal dan tidak nyaman Data objektif : Klien terlihat kesulitan mengeluarkan sputum apabila batuk, klien keringatan, terlihat sesak, lemah dan kecapekan Sekresi mukus yang mengental di saluran nafas bagian atas Tidak efektifnya jalan nafas 2 Data subjektif : Klien mengatakan tidak selera makan, perut terasa tidak enak dan mual Data objektif : Diet yang disajikan hanya habis ½ porsi, BB di bawah ideal untuk bentuk tubuh dan berat, klien tampak lemah dan tidak bersemangat Anoreksia Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh Prioritas diagnosa keperawatan : 1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan sekresi mukus yang mengental di saluran nafas bagian atas ditandai dengan klien mengatakan sekret sukar dikeluarkan apabila batuk, tenggorokan terasa gatal dan tidak nyaman, klien terlihat kesulitan mengeluarkan sputum apabila batuk, klien keringatan, terlihat sesak, lemah dan kecapekan 2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia ditandai dengan klien mengatakan tidak selera makan, perut terasa tidak enak dan mual, diet yang disajikan hanya habis ½ porsi, BB di bawah ideal untuk bentuk tubuh dan berat, klien tampak lemah dan tidak bersemangat B. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN (Diagnosa keperawatan, Tujuan, Kriteria hasil, Intervensi, Rasional, Implementasi dan Evaluasi) 1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan sekresi mukus yang mengental di saluran nafas bagian atas ditandai dengan klien mengatakan sekret sukar dikeluarkan apabila batuk, tenggorokan terasa gatal dan tidak nyaman, klien terlihat kesulitan mengeluarkan sputum apabila batuk, klien keringatan, terlihat sesak, lemah dan kecapekan Tujuan : pola nafas efektif kembali dengan kriteria sekret dapat dikeluarkan klien, batuk berkurang dan rasa nyaman pada dada terpenuhi. Rencana tindakan : • Berikan posisi semi fowler (membantu memaksimalkan ekspansi paru sehingga mempermudah pengeluaran sekret) • Anjurkan klien untuk banyak minum air hangat (membantu mengencerkan sekret) • Bersihkan sekret dari mulut dan trakhea (mencegah terjadinya obstruksi jalan nafas) • Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi ekpektoran (mempermudah dan mengencerkan sekret) Implementasi : o Mengatur posisi klien dengan posisi semi fowler dan memastikan respon klien terhadap posisi merasa nyaman o Menyediakan air minum di sisi tempat tidur klien dan memberitahu klien untuk memanggil perawat bila butuh air minum o Menganjurkan kepada keluarga dan klien untuk tetap membersihkan sekret dari mulut dan bila tidak bisa sendiri laporkan kepada perawat o Menganjurkan klien buang bersin atau batuk menutup mulut dengan tisu dan buang dahak pada tempat yang telah disediakan (sputum pot) o Memberikan obat Dexophan syrup 3 x sehari sesuai indikasi Evaluasi :  Subjektif : klien mengatakan masih sekret sukar dikeluarkan apabila batuk, tenggorokan masih terasa gatal dan cukup nyaman dengan perubahan posisi  Objektif : klien masih terlihat kesulitan mengeluarkan sputum apabila batuk, klien keringatan, masih sesak, lemah, kecapekan, klien minum banyak, minum obat sesuai petunjuk  Analisis : jalan nafas masih belum adekuat  Planning : lanjutkan rencana tindakan 2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia ditandai dengan klien mengatakan tidak selera makan, perut terasa tidak enak dan mual, diet yang disajikan hanya habis ½ porsi, BB di bawah ideal untuk bentuk tubuh dan berat, klien tampak lemah dan tidak bersemangat Tujuan : kebutuhan nutrisi klien terpenuhi sesuai dengan kebutuhan tubuh dengan kriteria selera makan klien meningkat, diet yang disajikan habis dimakan, BB klien meningkat dan tubuh segar/tidak lemas Rencana tindakan : • Anjurkan klien makan sedikit tapi sering dengan makanan yang mengandung TKTP (membantu memaksimalkan masukan nutrisi) • Beri diet yang bervariasi (menghilangkan kebosanan sehingga nutrisi terpenuhi) • Pantau masukan dan pengeluaran serta timbang berat badan secara periodik (berguna untuk mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan) • Kaji anoreksia, mual dan muntah (mengidentifikasi gangguan pemasukan nutrisi ) • Dorong dan berikan periode istirahat sering (membantu menghemat energi khususnya bila kebutuhan metabolik meningkat saat demam) • Anjurkan orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah, kecuali bila kontraindikasi (membuat lingkungan sosial lebih normal selama makan dan membantu memenuhi kebutuhan personal dan kultural) • Rujuk ke ahli diet untuk menentukan komposisi diet (memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat) Implementasi : o Menganjurkan klien untuk memakan makanan yang disajikan sedikit demi sedikit dan jelaskan kepada klien manfaat makanan yang disajikan mengandung TKTP dan sangat membantu dalam proses penyembuhannya o Mengajurkan keluarga untuk membawa makanan dari rumah dan tidak kontraindikasi dengan keadaan klien o Mengajurkan klien untuk lebih banyak istirahat untuk menghemat energi dan memaksimalkan penyerapan nutrisi tubuh o Berkolaborasi dengan ahli diet untuk menentukan tingkat gizi yang diperlukan klien Evaluasi :  Subjektif : klien mengatakan selera makan masih masih kurang, perut masih terasa tidak enak dan masih mual  Objektif : diet yang disajikan hanya habis 2/3 porsi, BB masih di bawah ideal untuk bentuk tubuh dan berat, klien masih tampak lemah dan tidak bersemangat  Analisis : kebutuhan nutrisi klien masih belum dapat terpenuhi secara adekuat  Planning : lanjutkan rencana tindakan CATATAN PERKEMBANGAN Tgl Dx. Implementasi Evaluasi 23/10/01 1 o Mengatur posisi klien dengan posisi semi fowler o Menyediakan air minum di sisi tempat tidur klien o Menganjurkan kepada keluarga dan klien untuk tetap membersihkan sekret dari mulut o Menganjurkan klien buang bersin atau batuk menutup mulut dengan tisu dan buang dahak pada tempat yang telah disediakan (sputum pot) o Memberikan obat Dexophan syrup 3 x sehari sesuai indikasi  S : klien mengatakan sekret sudah agak mudah dikeluarkan, tenggorokan sudah mulai lega dan cukup nyaman dengan perubahan posisi  O : klien terlihat mampu mengeluarkan sputum saat batuk, klien keringatan, masih terlihat sesak, lemah, kecapekan, klien minum banyak, minum obat sesuai petunjuk  Analisis : jalan nafas masih belum adekuat  Planning : lanjutkan rencana tindakan 23/10/01 2 o Menganjurkan klien untuk memakan makanan yang disajikan sedikit demi sedikit o Mengajurkan keluarga untuk membawa makanan dari rumah dan tidak kontraindikasi dengan keadaan klien o Mengajurkan klien untuk lebih banyak istirahat untuk menghemat energi dan memaksimalkan penyerapan nutrisi tubuh  S : klien mengatakan selera makan masih masih kurang, perut masih terasa tidak enak dan masih mual  O : diet yang disajikan hanya habis 2/3 porsi, BB masih di bawah ideal untuk bentuk tubuh dan berat, klien masih tampak lemah dan tidak bersemangat  Analisis : kebutuhan nutrisi klien masih belum dapat terpenuhi secara adekuat  Planning : lanjutkan rencana tindakan 24/10/01 1 o Mengatur posisi klien pada posisi yang dirasakan klien nyaman o Menyediakan air minum di sisi tempat tidur klien o Menganjurkan kepada keluarga dan klien untuk tetap membersihkan sekret dari mulut o Menganjurkan klien buang bersin atau batuk menutup mulut dengan tisu dan buang dahak pada tempat yang telah disediakan (sputum pot) o Memberikan obat Dexophan syrup 3 x sehari sesuai indikasi  S : klien mengatakan sekret sudah agak mudah dikeluarkan, tenggorokan sudah mulai lega dan cukup nyaman dengan perubahan posisi  O : klien terlihat mampu mengeluarkan sputum saat batuk, masih terlihat sesak, lemah, klien minum banyak, minum obat sesuai petunjuk  Analisis : jalan nafas masih belum adekuat  Planning : lanjutkan rencana tindakan 24/10/01 2 o Menganjurkan klien untuk memakan makanan yang disajikan sedikit demi sedikit o Menganjurkan keluarga untuk membawa makanan dari rumah dan tidak kontraindikasi dengan keadaan klien o Mengajurkan klien untuk lebih banyak istirahat untuk menghemat energi dan memaksimalkan penyerapan nutrisi tubuh  S : klien mengatakan selera makan sudah mulai bertambah, rasa mual sudah hilang  O : diet yang disajikan habis dimakan, BB masih di bawah ideal untuk bentuk tubuh dan berat, klien tampak segar dan bersemangat  Analisis : kebutuhan nutrisi klien sudah dapat terpenuhi secara bertahap  Planning : lanjutkan rencana tindakan BAB IV PEMBAHASAN Setelah penulis mempelajari tinjauan teroritis dan membandingkannya dengan tinjauan kasus, maka penulis mendapat beberapa kesenjangan dan persamaan selama dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada Ny. T dengan penyakit TB paru yang antara lain : A. PENGKAJIAN Selama dalam tahap pengkajian terhadap klien Ny. T baik dalam wawancara dan obserbvasi tidak menemui hambatan yang berarti. Hal ini terjadi karena respon yang positif klien terhadap perawat dan dukungan dari keluarga yang menginginkan agar klien cepat sembuh, walaupun penyakit yang dialami klien merupakan penyakit menular dan merupakan penyakit yang sangat dirakuti oleh masyarakat pada umumnya karena menyangkut interaksi sosial. Pengkajian yang dilakukan penulis meliputi pengumpulan data yang dibantu oleh informasi dari klien sendiri dan informasi dari keluarga klien serta dari status klien dengan berkolaborasi dengan dokter yang menangani klien selama berada di Rumah Sakit Imelda Medan. Informasi yang didapatkan sesuai dengan keadaan klien yang dibuktikan dengan hasil pemeriksaan dokter dan pemeriksaan penunjang yang menunjukkan bahwa klien benar mengidap penyakit TB paru dengan BTA (+). Setelah data-data tersebut di dapat, kemudian dikelompokkan sesuai dengan masalah yang dialami klien dan kemudian dirumuskan diagnosa keperawatan klien melalui analisa data dan di dapatkan diagnosa keperawatan klien antara lain : 1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan sekresi mukus yang mengental di saluran nafas bagian atas ditandai dengan klien mengatakan sekret sukar dikeluarkan apabila batuk, tenggorokan terasa gatal dan tidak nyaman, klien terlihat kesulitan mengeluarkan sputum apabila batuk, klien keringatan, terlihat sesak, lemah dan kecapekan 2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia ditandai dengan klien mengatakan tidak selera makan, perut terasa tidak enak dan mual, diet yang disajikan hanya habis ½ porsi, BB di bawah ideal untuk bentuk tubuh dan berat, klien tampak lemah dan tidak bersemangat Kedua diagnosa keperawatan di atas didapatkan pada landasan teoritis. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan klien benar mengalami penyakit gangguan saluran pernafasan dengan kasus TB paru. Tidak semua tindakan yang didapatkan pada tinjauan teoritis di laksanakan oleh penulis, namun hanya beberapa saja yang dapat dilaksanakan karena respon dan masalah yang dialami Ny. T masih dalam batas dapat ditoleransi dan dapat disembuhkan apabila partisipasi aktif klien dan keluarga optimal. Dalam pengkajian dan perumusan diagnosa keperawatan ini perlu dilakukan hubungan interaksi yang baik dan komunikasi terapeutik dengan klien dan keluarga disebabkan dapat menimbulkan perasaan rendah diri bagi klien karena penyakit yang dialaminya menimbulkan isolasi sosial. B. TAHAP PERENCANAAN Dalam tahap perencanaan, penulis merencakan tindakan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang didapatkan dengan membandingkan antara landasan teoritis dengan masalah yang dialami klien dan respons klien terhadap masalah yang dialaminya. Sehingga rencana yang dibuat lebih spesifik ke pemenuhan kebutuhan klien saat itu tanpa mengabaikan kebutuhan klien jangka panjang. Dan ditetapkanlah tujuan yang hendak dicapai dan mudah untuk dikerjakan serta ditentukan kriteria hasil yang mudah diobservasi sehingga dalam evaluasi lebih mudah untuk menilainya. C. TAHAP PELAKSANAAN Dalam tahap pelaksanaan ini penulis tidak mengalami hambatan yang berarti sebab klien dan keluarga sangat kooperatif dengan rencana tindakan yang penulis telah utarakan dan percaya bahwa tindakan yang telah direncanakan tersebut sangat membantu untuk penyembuhan klien. Dalam pelaksanaan partisipasi aktif dari klien sangat baik dan mau mengikuti anjuran yang diberikan penulis sehingga dalam waktu yang singkat masalah yang dialami klien dapat teratasi dengan baik. Dalam tahap pelaksanaan ini, penulis juga melibatkan klien Ny. T dan keluarga dalam pelaksanaan tindakan keperawatan dengan melibatkan partisipasi klien dalam mencegah penularan penyakit TB paru terutama di lingkungan rumah sakit. Klien Ny. T bila batuk atau bersin menutup mulut dengan tissue yang telah disediakan dan bila buang dahak di tempat yang telah disediakan yaitu sputum pot bertutup. D. TAHAP EVALUASI Dalam tahap evaluasi penulis melibatkan klien dan keluarga untuk melihat kemajuan yang dialami klien yang meliputi pola nafas efektif kembali dengan kriteria sekret dapat dikeluarkan dengan baik oleh klien, batuk sudah mulai berkurang dan rasa terpenuhinya rasanyaman pada dada. Juga kebutuhan nutrisi klien terpenuhi sesuai dengan kebutuhan tubuh dengan kriteria selera makan klien sudah mulai meningkat, diet yang disajikan habis dimakan, BB klien tidak diukur karena berat badan awal tidak ditimbang secara benar atau hanya merupakan taksiran klien/keluarga dan tubuh klien terasa segar dan tidak lemas lagi. BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien yang mengalami gangguan saluran pernafasan : TB paru diperlukan proses keperawatan yang jelas dan sistematis dengan melibatkan peran serta klien dan keluarga, sehingga terjalin hubungan yang terapeutik antara perawat-klien-keluarga. Hal ini akan sangat membantu perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan yang direncanakan berdasarkan masalah yang dialami klien, karena masalah yang dialami klien kompleks berhubungan dengan faktor interaksi sosial di masyarakat dan penerimaan masyarakat terhadap klien bila sudah dinyatakan sembuh dari rumah sakit. 2. Penyakit TB paru adalah penyakit infeksi pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh basil mikobakterium tuberkulosis. Penyakit ini bukanlah merupakan penyakit keturunan, melainkan penyakit menular yang dapat ditularkan dari satu individu ke individu lainnya melalui udara yang disebut dengan droplet nuklei (bintik-bintik udara yang keluar pada saat batuk/bersin atau dari saluran pernafasan). 3. Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan klien dengan penyakit TB paru, perlu melibatkan keluarga untuk membina hubungan formal dalam keluarga dan menghindarkan anggota keluarga lainnya dari tertularnya penyakit TB paru karena tahu cara perawatan dan pencegahan penyakit selama proses belajar di rumah sakit. B. SARAN 1. Hendaknya klien yang mengalami penyakit penyakit TB paru tidak merasa rendah diri berhubungan dengan penyakit yang dialaminya, sebab pada dasarnya manusia tidak menginginkan sakit, namun situasi dan kondisi tubuh yang melemah seiring dengan proses penuaan maka kuman dapat menyerang dengan aktif. Penyakit TB paru tidak perlu ditakuti sebab dapat disembuhkan bila rajin berobat dan tidak berhenti saat proses pengobatan sedang berlangsung. 2. Bila klien mengalami tanda dan gejala seperti batuk-batuk diiringi dengan sekret kental dan berwarna kehijauan atau bercampur darah segar, dianjurkan untuk segera berobat ke rumah sakit dan mendapatkan perawatan paripurna sehingga dapat mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan dan mengurangi beban keluarga dalam perawatan anggota keluarga yang sakit 3. Perawatan sesuai dengan prosedur perawatan sangat mendukung dalam penyembuhan klien dengan gangguan sistem pernafasan, sebab itu tenaga perawat perlu dibekali ilmu dan pengetahuan yang baik tentang prosedur perawatan yang lazim dilaksanakan kepada klien dengan gangguan sistem pernafasan. 4. Penyakit TB paru merupakan salah satu penyakit yang menjadi program pemerintah untuk ditanggulangi. Apabila klien mengalami kesulitan dalam pengobatan, anjurkan untuk melaporkan diri ke Puskesmas terdekat atau pusat pelayanan masyarakat yang bergerak terhadap pencegahan penyakit TB paru.

Pemula

Malam minggu midnight tepatnya tanggal 03 Januari 2010 jam 01.30 wita, sambil buka-buka facebook dan main Mafia Wars. Saat itu tiba-tiba saja teringat sinetron siang hari tadi. Judulnya saya lupa,.... kalo tidak salah..... "Kambingjantan.com". Sinetron itu menceritakan tentang kisah seorang anak muda dari Indonesia yang mendapat mandat dari ibunya untuk kuliah Finance di Australia. Dengan berat hati berangkatlah dia meninggalkan semua kenangan di Indonesia bahkan pacarnya yang tetap kuliah di Indonesia ngambil jurusan sastra Cina. Maaf,... Universitasnya juga saya lupa. Disana dia ketemu dengan orang Indonesia juga namanya,...???!!!??? waaahhh....lupa lagi... tapi asalnya dari Kediri. Oh iaa,... nama orang yang saya ceritakan ini Dikah (cowok). Singkat cerita,... Dikah malah ndak berhasil, ngak tertarik. dia malah susah payah kuliahnya. Nilainya ambrol. Disana (Australia) Dikah berusaha membiayai hidupnya meski orang tuanya tergolong orang yang sangat berada. Dikah malah sempat jadi tukang mandi mayat, dengan gaji yang sangat kecil, ndak tau berapa, pokoe cuman bisa nelpon pacar selama 11 jam (katanya...). Disitu Dikah iseng-iseng meulis di blognya. Semua cerita tentang keadaannya di perantauan. Sampai pada akhirnya dia samperin sebuah penerbit (iseng-iseng juga). Walhasil..... beberapa minggu kemudian dia dihubungi bahwa ceritanya itu menarik untuk diterbitkan. Singkat kata dia malah berhasil di blog dan gagal di Finance sesuai perintah Ibunya. Dikah berhenti kuliah Finance malah ngambil jurusan yang entah apa ....weleh-weleh ..... aku lupa lagi. Biarlah aku lupa yang itu, yang penting berkat sinetron itu aku buat blog ini. Intinya aku terinspirasi dari itu kemudian buka-buka blohger.com. Akhirnya kepikiran daftar dan...... "SIM SALABIM, ABRAKADABRA" Jadilah blog ini.